Minggu, 09 September 2012

Umar Bin Abdul Aziz



Umar bin Abdul Aziz bin Marwan lahir di Hulwan, sebuah desa di Mesir, tahun 61 H saat ayahnya menjadi gubernur di daerah itu.  Umar bin Abdul Aziz adalah cicit Umar bin Khaththab dari garis ibu.


Sejak kecil Umar sudah hafal Al-Qur’an. Ayahandanya mengirim Umar ke Madinah untuk berguru kepada Ubaidillah bin Abdullah. Inilah salah satu titik balik dalam hidup Umar bin Abdul Aziz. Ia mulai dikenal sebagai orang saleh dan meninggalkan gaya hidup suka berfoya-foya. Bahkan, Zaid bin Aslam berkata, “Saya tidak pernah melakukan shalat di belakang seorang imam pun yang hampir sama shalatnya dengan shalat Rasulullah saw. daripada anak muda ini, yaitu Umar bin Abdul Aziz. Dia sempurna dalam melakukan ruku’ dan sujud, serta meringankan saat berdiri dan duduk.” (Zaid bin Aslam dari Anas).

Di tahun 99 H, ketika berusia 37 tahun, Umar bin Abdul Aziz diangkat sebagai Khalifah berdasarkan surat wasiat Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Saat diumumkan sebagai pengganti Sulaiman bin Abdul Malik, Umar berkata, ”Demi Allah, sesungguhnya saya tidak pernah memohon perkara ini kepada Allah satu kali pun.”

Setelah menjadi Khalifah, Umar bin Abdul Aziz melakukan gebrakan yang tidak biasa dilakukan arja-raja Dinasti Umayyah sebelumnya.

Umar menolak kendaraan dinas. Ia memilih menggunakan binatang tunggangan miliknya sendiri. Malik bin Dinar berkata, ”Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi Khalifah, para penggembala domba dan kambing berkata, ”Siapa orang saleh yang kini menjadi Khalifah umat ini? Keadilannya telah mencegah serigala memakan domba-domba kami.”

Begitulah Umar bin Abdul Aziz, meski memerintah tidak sampai dua tahun, rakyatnya hidup sejahtera. Umar bin Usaid berkata, ”Demi Allah, Umar bin Abdul Aziz tidak meninggal dunia hingga seorang laki-laki datang kepada kami dengan sejumlah harta dalam jumlah besar dan berkata, ’Salurkan harta ini sesuai kehendakmu.’ Ternyata tak ada seorang pun yang berhak menerimanya. Sungguh Umar bin Abdul Aziz telah membuat manusia hidup berkecukupan.”

Kamis, 28 Juni 2012

Kumpulan Hadits tentang bulan Sya'ban...

Bulan Sya'ban, yang terletak diantara Rajab dan Ramadhan ini seringkali dilalaikan oleh manusia. Hingga Rasulullah SAW bersabda:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ

Ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara bulan Rajab dan Ramadhan. (HR. An-Nasa'i. "Hasan" menurut Al-Albani)

Banyak orang yang lalai, bahkan sebagian menjadikan Sya'ban sebagai bulan pelampiasan. "Mumpung belum Ramadhan, kita puaskan maksiat", "Mumpung belum Ramadhan. Nanti kalau sudah Ramadhan, puasa kita bisa tidak sah", dan kalimat-kalimat senada kadang-kadang muncul dalam masyarakat kita sebagai bentuk betapa tertipunya manusia di bulan Sya'ban.

Dari Rasulullah kita menjadi tahu bahwa ternyata bulan Sya'ban adalah bulan yang istimewa. Mengapa? Sebab bulan ini adalah bulan diangkatnya amal manusia kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda dalam kelanjutan hadits di atas:

وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِي

Di bulan inilah amal perbuatan manusia diangkat kepada Rabb semesta alam. (HR. An-Nasa'i dan Ahmad. "Hasan" menurut Al-Albani)

Itulah keutama'an bulan Sya'ban yang pertama. Bulan diangkatnya amal manusia kepada Allah SWT.

Keutamaan kedua bulan Sya'ban adalah, pada pertengahannya. Inilah yang dikenal dengan istilah Nisfu Sya'ban. Rasulullah SAW bersabda mengenai keutamaan nishfu Sya'ban :

إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

Sesungguhnya Allah memeriksa pada setiap malam nishfu Sya'ban. Lalu Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali yang berbuat syirik atau yang bertengkar dengan saudaranya. (HR Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Al-Albani)

Itulah dua keutamaan bulan Sya'ban, dan cukuplah hadits shahih bagi kita. Ada memang cukup populer di masyarakat tentang keutamaan Sya'ban sebagai bulan Rasulullah. Namun itu adalah hadits dha'if. Diantaranya adalah:

رجب شهر الله وشعبان شهري ورمضان شهر أمتي

Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku. (HR. Dailami)

Lalu apa amal di bulan Sya'ban yang dicontohkan Rasulullah SAW? Ini penting untuk kita ketahui dan amalkan. Sebab selain menghidupkan sunnah, mengikuti contoh dan teladan dari Rasulullah SAW adalah bukti cinta kita kepada Allah SWT.

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran : 31)

Amal di bulan Sya'ban yang pertama, yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW adalah memperbanyak puasa sunnah.

حَدَّثَنِي أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Usamah bin Zaid berkata kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa di satu bulan melebihi puasamu di bulan Sya'ban." Rasulullah menjawab, "Ini adalah bulan yang dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu antara bulan Rajab dan Ramadhan. Di bulan inilah amal perbuatan manusia diangkat kepada Rabb semesta alam. Karena itu aku ingin saat amalku diangkat kepada Allah, aku sedang berpuasa." (HR. An-Nasa'i. Al Albani berkata "hasan")

Begitulah. Rasulullah SAW banyak berpuasa di bulan Sya'ban sekaligus menginginkan agar ketika amalnya diangkat pada bulan Sya'ban itu, Rasulullah SAW dalam keadaan sedang berpuasa.

Ummul Mukminin Aisyah juga meriwayatkan kebiasaan Rasulullah SAW itu.

لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa sunnah di satu bulan lebih banyak daripada bulan Sya'ban. Sungguh, beliau berpuasa penuh pada bulan Sya'ban. (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan dalam Fathul Bari bahwa dalam ungkapan bahasa Arab, seseorang bisa mengatakan "berpuasa sebulan penuh" padahal yang dimaksud adalah "berpuasa pada sebagian besar hari di bulan itu".

Dari keterangan di atas, tahulah kita bahwa berpuasa sunnah di bulan Sya'ban menjadi begitu istimewa karena pada bulan itu amal diangkat, bulan itu dilalaikan oleh banyak orang, dan sekaligus puasa Sya'ban merupakan persiapan puasa Ramadhan.

Syaikh Muhyidin Mistu, Mushthafa Al-Bugha, dan ulama lainnya mengomentari menjelaskan dalamNuzhatul Muttaqin, "Berpuasa sunnah pada bulan Sya'ban memiliki keistimewaan tersendiri. Sekaligus untuk persiapan menghadapi puasa Ramadhan. Selain itu, di bulan Sya'ban lah semua amal perbuatan manusia dinaikkan kepada Allah"

Yang perlu diperhatikan adalah, tidak boleh mengkhususkan berpuasa pada satu atau dua hari terakhir Sya'ban kecuali puasa yang harus ditunaikan (karena nadzar, qadha' atau kafarat) atau puasa sunnah yang biasa dilakukan (puasa Dawud, Senin Kamis, dan lain-lain).

Rasulullah SAW bersabda:

لاَ يَتَقَدَّمَنَّ أَحَدُكُمْ رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ ، إِلاَّ أَنْ يَكُونَ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمَهُ فَلْيَصُمْ

Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya. Kecuali seseorang yang (memang seharusnya/biasanya) melakukan puasanya pada hari itu. Maka hendaklah ia berpuasa. (HR Bukhari)

Amal kedua pada bulan Sya'ban ialah melunasi hutang-hutang puasa, khususnya bagi wanita yang masih belum selesai mengqadha' puasa Ramadhan sebelumnya. Demikian pula bagi kita untuk mengingatkan keluarga kita agar memanfaatkan Sya'ban bagi yang belum selesai meng-qadha puasanya.

Aisyah berkata:

كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ . قَالَ يَحْيَى الشُّغْلُ مِنَ النَّبِىِّ أَوْ بِالنَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم

Aku punya hutang puasa Ramadan, aku tak dapat mengqadhanya kecuali di bulan Sya'ban, karena sibuk melayani Nabi SAW. (HR Bukhari)

Amal ketiga pada bulan Sya'ban ialah memperbanyak ibadah dan amal kebajikan secara umum. Entah itu menggiatkan shalat rawatib, qiyamullail, tilawah Al-Qur'an, bershadaqah, dan lain-lain. Mengingat bahwa bulan Sya'ban adalah bulan diangkatnya amal, maka alangkah baiknya ketika amal kita benar-benar bagus pada bulan itu. Dengan catatan tetap sesuai sunnah.

Adapun malam nishfu Sya'ban, sebagaimana hadits di atas ia memang memiliki keutamaan. Ibnu Taimiyah menegaskan "Adapun malam Nishfu Sya'ban, di dalamnya terdapat keutamaan."

Karena itu, ada sebagian ulama salaf dari kalangan tabi'in di negeri Syam, seperti Khalid bin Ma'dan dan Luqman bin Amir yang menghidupkan malam ini dengan berkumpul di masjid-masjid untuk melakukan ibadah tertentu pada malam Nishfu Sya'ban. Dari merekalah kaum muslimin mengambil kebiasaan itu. Imam Ishaq ibn Rahawayh menegaskannya dengan berkata, "Ini bukan bid'ah!"

Ulama Syam lain, di antaranya Al-Auza'i, tidak menyukai perbuatan berkumpul di masjid untuk shalat dan berdoa bersama pada Nishfu Sya'ban. Tetapi beliau dan ulama yang lain menyetujui keutamaan shalat, baca Al Quran dan lain-lain pada Nishfu Sya'ban jika dilakukan sendiri-sendiri. Pendapat ini yang dikuatkan Ibn Rajab Al-Hanbali dan Ibnu Taimiyah.

Adapun ulama Hijaz seperti Atha', Ibnu Abi Mulaikah, dan para pengikut Imam Malik menganggap hal terkait Nishfu Sya'ban sebagai bid'ah. Namun menurut mereka, qiyamullail sebagaimana disunnahkan pada malam lainnya dan puasa di siangnya sebab termasuk Ayyamul Bidh ialah baik.

Semoga perbedaan pendapat mengenai Nishfu Sya'ban ini dipahami dengan baik dan tidak menghalangi kita untuk melaksanakan segala amal ibadah utama pada bulan Sya'ban.

Kamis, 17 Mei 2012

Teman di dunia, teman di akherat juga kah...?

Assalamu'alaikum wr. wb.

Di postingan saya kali ini, saya akan berbagi atas apa yang telah dibagi oleh Sang Murabbi (?). Baiklah, di postingan saya yang berjudul "Teman di dunia, teman di akherat juga kah...?", saya akan membahas mengenai pertemanan kita. Apakah "mereka" teman akrab kita selama di dunia, akan membantu kita untuk menuju Surga-Nya kelak?, atau malah gara-gara "mereka" kita malah terjerumus ke Neraka kelak? Untuk lebih jelasnya, silahkan dibaca :)

1. Coba temen-temen buka surat Al-Furqan : 27. Yang artinya :
"Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya, (menyesali perbuatannya) seraya berkata, " Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul."
Dan ayat 28, yang artinya :
"Wahai, celaka aku! Sekiranya dulu aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku"

Nah temen-temen, kalo kita lihat pada surat Al Furqan : 27, disana digambarkan bahwa pada hari kiamat nanti, orang-orang zalim akan menggigit kedua jarinya, dengan maksud menyesali perbuatannya selama di dunia. Kenapa? Karena, pada saat dia di dunia, dia tidak mengambil jalan bersama Rasul, maksudnya dia selama di dunia tidak pernah mengikuti syariat-syariat Rasul dan tidak mau berada dalam barisan Rasulullah.
Lalu, di ayat selanjutnya, adalah perkataan orang zalim yang menyesal karena selama dia hidup di dunia, dia bergaul dan berteman akrab dengan orang-orang yang malah membuatnya terjerumus ke dalam Neraka.

Dari kedua ayat diatas dapat kita simpulkan, bahwa ayat tersebut merupakan sebuah pernyataan yang dinyatakan oleh orang-orang zalim. Sebuah kalimat penyesalan yang mereka ucapkan karena selama hidupnyadi dunia, mereka tidak brgaul dengan orang-orang soleh. Oleh karena itu, bergaullah kita kepada orang-orang soleh, karena Rasulullah pernah berkata "Siapa yang bergaul dengan tukang minyak wangi, maka ia akan terkena wanginya dan siapa yang bergaul dengan pandai besi, maka ia akan terkena bau besinya".

2. Ada sebuah hadits riwayat Abu Daud.. Yang berbunyi :
"Apabila kamu berjanji pada teman. Maka tepatilah janji itu, jika tidak maka akan terjadi permusuhan. Berlindunglah kepada Allah yang apabila dia jika kamu ingat dia tidak membantu, jika kamu lupa dia tidak mengingatkanmu"

Hadits diatas mungkin agak sulit untuk langsung dipahami hanya dengan sekali membacanya. Nah, biar saya jelaskan.. Jadi maksudnya adalah Tepatilah janji dan berlindunglah kepada Allah dari orang/teman yang apabila kamu ingat dia tidak membantu dan jika kamu lupa dia tidak mengingatkanmu. Nah, itulah kesimpulan yang dapat kita ambil bahwa kita harus menjaga diri dari orang/teman yang seperti itu, atau bahkan ternyata selama ini kita adalah teman yang seperti itu, sehingga merugikan teman kita sendiri. Naudzubillah..

Postingan ini hanyalah sebuah tulisan untuk saling mengingatkan kita sesama muslim. Semoga saya pribadi dan kita semua bisa menjaga diri dan menjadi orang-orang yang senantiasa bermanfaat bagi teman-teman kita. Jazakallah. Semoga bermanfaat :)

Sabtu, 10 Maret 2012

Apa itu KHALWAT?? ..dan apa hukumnya??

Assalamu'alaikum wr. wb.


Dari segala sumber yang berhasil saya dapatkan, kali ini saya akan mem-posting sebuah uraian mengenai "KHALWAT". Kenapa sih saya mau mem-posting uraian kayak gini? Ya tau ndiri lah.. Sekarang kan kita udah ga kaget melihat orang-orang yang bukan mahram, lagi duduk ber2an di pojokan ataupun ditempat lainnya. Nah, jadi.. iini dia hasil pencarian saya yang berhasil saya dapatkan...  Sok atuh dibaca... ^_^



A. Apa itu Khalwat...?
Menurut sumber yang ini,
(1), mengatakan bahwa "Khalwat adalah jalan syetan yang akan menjerumuskan manusia kedalam perzinahan".

Sedangkan menurut sumber yang ini, (2), mengatakan bahwa "Khalwat, atau Ber-Khalwat adalah suatu tindakan ketika seseorang itu menyendiri. Diambil dari kata KHa-Lam-Wau, yang artinya kosong / menyepi ataupun istilah jaman skarang adalah mojok / berdua2an".


B. Dalil tentang Khalwat


1. وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu merupakan suatu perbuaan yang keji & suatu jalan yang buruk(Al-Isra' : 32).


2. Ibnu Abbas r.a berkata : Aku telah mendengar Rasulullah S.A.W berkhutbah dan beliau bersabda : "Janganlah ada seorang laki-laki menyendiri dengan seorang wanita melainkan si wanita itu membawa/bersama mahramnya. Dan janganlah seorang wanita berpergian kecuali dengan mahramnya" (HR. Muslim)


3. Dari 'Uqbah bin 'Amir, Rasulullah S.A.W bersabda : "Janganlah kalian menemui wanita dalam rumahnya (sendirian)". Seorang laki-laki anshar bertanya : "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan ipar (bolehkah ia masuk menemui wanita, istri saudaranya) ?." Beliau menjawab : "Ipar adalah kematian". (yakni : lebih berbahaya dari orang lain). (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya).


4. لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ
"Tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita, melainkan yang ketiganya ialah syetan". (HR. Ahmad & Taridzi)


C. Pembuktian dampak berkhalwat bagi kesehatan.


"Cukuplah anda duduk selama 5 menit dengan seorang wanita (yang bukan mahram), sampai anda memiliki proporsi tinggi dari hormon meningkat" inilah temuan studi ilmiah yang baru-baru ini dimuat pada Diary Telegraph!.


Para peneliti di Universias Valencia menegaskan bahwa seorang laki-laki yang berkhalwat dengan seorang wanita, menjadi daya tarik yang menyebabkan kenaikan Hormon Kristol. Adapun Hormon Kristol adalah hormon yang bertanggung jawab atas terjadinya stress dalam tubuh. 


Para ilmuan mengatakan bahwa hormon kristol sangat penting bagi tubuh dan berguna bagi kinerja tubuh, tetapi dengan syarat mampu meningkatkan proporsi yang rendah, namun apabila meningkat hormon dalam tubuh dan berlangsung berulang-ulang proses tersebut, maka dapat menyebabkan penyakit yang serius seperti penyakit jantung dan tekanan darah tinggi, yang berakibatpada diabetes dan penyakit lainnya yang mungkin akan menyebabkan kenaikan nafsu seksual. 


Nah... Gitu  temen-temen. Ternyata banyak ayat dan hadits  yang menyatakan bahwa Khalwat itu dilarang. Dan akhirnya setelah diteliti oleh para peneliti dari Universitas Valencia, terbukti deh kalo berkhalwat itu selain dilarang agama juga ga baik buat kesehatan...


Dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat... :)