Senin, 02 Februari 2015

Di Kereta Perantauan

sunyi sendu
yang ada hanya suara itu
gesekan antara roda kereta dengan relnya malam itu
serta pintu kereta yang terbuka-tertutup tak menentu
seakan menggerutu

tak pernah kumerasa sepedih ini
meninggalkan dua orang yang paling kusayangi
terpisahkan sepi
teriringi suara kereta datang menggema meninggi

kata orang, ini bentuk pendewasaan diri
memaksaku tuk berdiri sendiri
mengusap air mataku sendiri
mengobati lukaku sendiri

Tuhan..
hanya satu nama yang kusebut
saat kumenyendiri menepi
kumendongak
indah nian purnamamu, Tuhan

biarlah ibuku melihat purnama yang sama
atau ayahku juga
atau kakakku juga
tapi jangan kepedihan yang sama pula
tapi jangan kesunyian yang sama pula

Tuhan
biar air mata ini mengalir karna menghamba
biar bibir ini basah karna meminta
asal kelak kau ridhoi aku
menjalani sisa kebersamaan di surgaMu
bersama mereka
mereka yang kusebut keluarga

Oleh : Adhita Putra Prananda
Februari, 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar