Senin, 13 Maret 2017

Galau

Galau memang. Setelah membaca litaratur sana-sini. Setelah mendengar kajian ustadz ataupun dosen sana-sini. Semuanya berujung pada lelah dan galau. Beberapa pekan yang lalu, tiba-tiba Kakak saya pun mengirimkan beberapa link universitas islam di daerah arab saudi dan sekitarnya yang bisa diakses dengan beasiswa LPDP. Lalu, dalam hati saya berujar: "udah ngerti sekarang gua pengennya yang islam-islam aja?" haha.

Hari ini, saya merasa bahwa saya berada di titik yang paling bebas. Saya berhak menentukan apa saja yang saya inginkan. Saya bebas menentukan mau jadi apa saya di masa yang akan datang. Di dalam pikiran saya pun selalu berputar-putar pertanyaan-pertanyaan ataupun pemikiran-pemikiran, "gimana kalo nanti jadi researcher?", "gimana kalo nanti jadi wirausaha? tapi kayaknya berat banget deh", "gimana kalo nanti kuliah lagi aja terus jadi dosen?", "gimana kalo nanti nulis buku aja terus jadi sutradara film yang berasal dari tulisan saya sendiri?", "gimana kalo jadi manajer perusahaan swasta?", "gimana kalo jadi ustadz?", "apa kerja di PT KAI aja ya since gua suka banget sama kereta", dan lain-lain.

Begitu banyak pertanyaan yang mencuat, saking bebasnya saya untuk memilih. Tapi, sebenarnya mana yang paling terbaik? Lalu, muncul ke dalam benak saya pertanyaan-pertanyaan "apa ya pekerjaan yang kira-kira ga bikin menyesal ketika tua nanti?", "apa ya pekerjaan yang kira-kira bisa sambil belajar agama juga? yang kira-kira bisa nambah pahala, bukan justru memperbesar potensi dosa kayak kuliah di Fakultas Ekonomi begini", "apa ya pekerjaan yang kira-kira ketika pensiun nanti saya masih bisa beraktivitas dan bisa berperan bagi Islam?", dan lain-lain.

Salah satu alasan munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah karena saya seringkali melihat bapak-bapak seperti Ayah saya yang pergi ke masjid setiap waktu sholat, sedangkan membaca Al-Quran saja tidak lancar, pengetahuan agama sedikit bahkan sekadar tentang berapa jumlah sholat rawatib dalam sehari, padahal itu justru pengetahuan mendetil yang diperlukan sehari-hari dan pahalanya pun setara dengan sebuah rumah di surga. Bayangkan Anda membeli rumah di dunia ini harus kredit susah payah mati-matian. Sedangkan Allah memberikannya cuma-cuma hanya dengan syarat Anda sholat rawatib 12 rokaat dalam sehari. Bayangkan.

Itulah yang seringkali membuat saya bergonta-ganti keinginan. Terkadang saya berpikir untuk menjadi A, lalu berubah menjadi B, lalu berubah lagi menjadi C, kebanyakan karena pengaruh eksternal, yaitu dalam hal ini orang-orang di sekitar saya. Yang jelas, apapun yang terjadi nanti. Semoga pada akhirnya saya tidak menjadi bagian dari orang-orang yang menyesal. Apapun itu, baik itu pekerjaan, istri, anak, kesibukan, keluarga, semuanya kelak dapat mengingatkan saya menjaga saya agar tetap berada pada kebaikan, serta membantu saya mencapai surgaNya. Tempat dimana kesuksesan dan keindahan yang hakiki sepenuhnya ada, bahkan jauh lebih indah daripada dunia ini.

Ditulis oleh Adhita Prananda
di Cinemaxx
Lippo Plaza Jogja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar