Selasa, 09 Agustus 2016

Rindu Mengaji

Campur aduk. Ya begitulah rasanya. Mungkin anda sekali-kali harus merasakan bagaimana menjadi sesosok diri saya. Banyak hal yang telah saya lalui yang menjadikan seperti inilah sosok Adhita yang kalian temui. Saya yakin, begitu pula yang terjadi pada diri Anda. Banyak kejadian atau pengetahuan yang Anda baca yang menjadikan seperti itulah sosok Anda. Inilah yang menjadikan kehidupan berjalan dengan sangat menarik.

Belakangan ini, saya sering sekali mendengar informasi unik di berita ataupun berbagai media social. Dari mulai penyanyi dangdut yang mati karena digigit ular ketika menyanyi di atas panggung (ini konyol banget), model majalah dewasa atau foto-foto merangsang yang menjadi buta kedua matanya simply karena dia sering memakai lensa kontak dan jarang sekali melepaskannya, rencana menteri pendidikan untuk menerapkan full-day school, baik buruknya Tax Amnesty yang diterapkan Menkeu,  hingga atlet renang di ajang Olimpics yang di lengannya terdapat buletan bekas pengobatan Bekam.

Entah kenapa, tapi saya merasa di dunia ini setiap orang berbondong-bondong hadir memecahkan masalah dengan berbagai kalkulasi ataupun teori yang ditemukannya yang dianggap benar, tapi tak berselang lama teori tersebut dipatahkan. Atau full-day school misalnya yang konon merupakan solusi dari masalah pendidikan saat ini, kelak ketika Jokowi turun dari jabatannya saya yakin pasti program tersebut akan diganti oleh Menteri Kemendikbud yang baru. Hingga saya selalu bertanya, tidak adakah pedoman dalam menjadi kehidupan ini? Sehingga kita tidak saling patah mematahkan teori padahal keduanya sama-sama tidak benar 100%, padahal keduanya bukanlah solusi yang menjawab permasalahan yang ada.

Bumi ini sudah tua, dewasa ini semakin jelas terlihat bagaimana ajal menjemput seseorang persis sesuai dengan apa yang seringkali orang tersebut lakukan dalam hidupnya. Penyanyi dangdut meninggal saat menyanyi dangdut. ABG gaul meninggal saat hendak meminum kopi di tempat-tempat gaul. Kejahatan-kejahatan pun semakin terkuak. Dan kebenaran semakin jelas muncul ke permukaan. Bukan berarti saya menyalahkan pola hidup kita dan melarang pola hidup tertentu. Tapi, bumi ini sudah tua, bukan saatnya lagi kita bergerak bebas tanpa tujuan. Bukan saatnya lagi kita berjalan bebas dan melupakan tanggung jawab "di masa yang akan datang", padahal kehidupan tersebut merupakan hal nyata yang kelak akan terjadi.

Dan saya selalu merindukan masa-masa ketika saya duduk, membuka Al Qur'an, mengkajinya bersama guru dan teman-teman saya. Karena saat itulah saya merasakan petunjuk dalam menjalani kehidupan ini. Dan saat itulah saya mampu hidup dengan damai, dengan tanpa satupun kekhawatiran dalam menjalani hidup ini. Karena Tuhan itu ada, Dialah yang menjamin segala kebutuhan hidup kita, Dialah yang menyaksikan segala perbuatan kita, Dialah yang kelak akan meminta pertanggungjawaban atas segala apa yang kita lakukan, dan Dialah yang sangat menyukai dan dekat terhadap orang-orang yang selalu mendekatkan diri dengan-Nya.